Tarif Dianggap Ketinggalan Zaman, Ribuan Ojol Sejenak Lumpuhkan Malioboro

0
38
Aksi ribuan ojol melintas di Malioboro tuntut penyesuaian tarif. (istimewa)

Malioboro, ikon pariwisata Jogja, terpaksa ditutup sementara pada Selasa (20/5/2025) saat ribuan pengemudi ojek online (ojol) melakukan aksi damai bertajuk “Kebangkitan Transportasi Online”.

Sekitar 700 driver yang tergabung dalam Forum Diskusi Transportasi Online Indonesia (FDTOI) bergerak tertib menuju Kantor Kepatihan setelah sebelumnya melakukan konvoi panjang dari Stadion Maguwoharjo hingga DPRD DIY. Massa memasuki jalan Malioboro sekitar pukul 13.40 WIB, menarik perhatian warga dan wisatawan.

“Tarif kami masih menggunakan ketentuan tahun 2022, padahal UMP sudah naik tiga kali dengan total 16,7 persen,” ungkap Janu Prambudi, juru bicara FDTOI yang ditemui Sekda DIY Beny Suharsono di lokasi.

Koordinator aksi, Wuri Ramawati, menyampaikan empat tuntutan utama para driver: kenaikan tarif penumpang roda dua, regulasi pengantaran makanan dan barang, penetapan tarif bersih untuk transportasi roda empat, dan kehadiran UU transportasi online.

“Ketiadaan regulasi dimanfaatkan aplikator untuk membuat program dengan tarif yang tidak manusiawi dan cenderung eksploitasi,” tegas Janu. Ia mencontohkan praktik double order yang hanya dibayar Rp7.000-8.000, jauh dari seharusnya Rp10.000.

FDTOI mengklaim telah menyusun lebih dari 30 kajian sederhana tentang permasalahan dan solusi untuk transportasi online. Mereka mendorong dialog konstruktif antara ojol, pemerintah, dan aplikator untuk menciptakan solusi berkelanjutan.

Sekda DIY berjanji meneruskan aspirasi para driver ke pemerintah pusat.

“Ada beberapa hal substansi yang harus kami sampaikan ke pemerintah pusat, akan kami sampaikan. Tidak kami batasi,” ujarnya.

Setelah aksi di Kepatihan, para driver melanjutkan demonstrasi ke titik Nol Kilometer Yogyakarta, tetap dengan semangat menjaga ketertiban dan kedamaian dalam menyuarakan aspirasi mereka. (*)