Seniman graffiti asal Bantul, Rizqi Fauzi Juliansyah (25) yang lebih dikenal dengan nama RiskiReas atau Reas, tengah melaksanakan proyek ambisius untuk memperkuat identitas lokal melalui seni jalanan.
Proyek penandaan nama daerah atau toponim dengan graffiti ini bertujuan memperkenalkan wilayah-wilayah di Yogyakarta secara lebih luas.
“Ini adalah proyek pribadi saya tentang penandaan nama daerah dengan graffiti yang sedang berjalan,” terangnya kepada @jogjainfo.
“Tujuannya untuk menonjolkan identitas lokal dan menjadi kebanggaan asal-usul bagi warga setempat, terutama bagi kaum muda untuk mengekspresikan cinta terhadap tempat tinggalnya,” ujar alumnus SMSR jurusan Desain Komunikasi Visual ini.
Melalui proyek toponim, RiskiReas tidak hanya menghasilkan karya seni visual yang menarik, tetapi juga membangun hubungan dengan masyarakat.
“Saya bisa mengenal lebih dekat daerahnya, berinteraksi dengan banyak orang dari daerah berbeda, dan menambah lebih banyak teman,” jelasnya.
Perjalanan seniman kelahiran 31 Juli 1999 ini dalam dunia graffiti bermula sejak SMP ketika terinspirasi dari lingkungan teman-teman yang menyukai musik hip hop dan maraknya era hip hop dan graffiti di Yogyakarta.
Karya-karya RiskiReas telah tersebar di berbagai tempat, mulai dari proyek komersil hingga kolaborasi graffiti antar seniman.
Ia juga aktif dalam festival-festival graffiti dan telah berkolaborasi dengan brand luar serta seniman luar, termasuk kolaborasi khusus dengan Tombol (Seniman Jogja yang terkenal dengan 3D Grafitti-red).
Selain karya jalanan, RiskiReas juga memproduksi berbagai merchandise seperti kaos, enamel pin, celana, dan produk lainnya yang dapat dibeli melalui akun Instagram pribadinya.
Pria yang dikenal dengan keunggulan gaya tag-nya ini membiayai proyek toponim dengan dana pribadi, meski beberapa daerah juga mendukung dengan menyediakan cat dan spray paint.
RiskiReas menyampaikan bahwa graffiti dapat menjadi bentuk seni atau vandalisme tergantung konteksnya, namun ia selalu berusaha menyampaikan pesan positif melalui karyanya.
“Harapan saya untuk perkembangan dunia graffiti di Yogyakarta adalah terus adanya regenerasi dan dapat dikenal di seluruh dunia,” pungkasnya. (*)