
Dalam suasana duka global yang menyelimuti Vatikan, suara dari dunia Islam Indonesia turut bergema. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin pagi (21/4/2025).
“Dunia kehilangan seorang pemimpin spiritual yang merangkul semua,” kata Prof. Dr. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam pernyataan resminya, Senin (22/4/2025).
Haedar, yang bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada Februari 2024 saat menerima Zayed Award for Human Fraternity, mengenang sosok pemimpin tertinggi Katolik tersebut dengan penuh kehangatan.
“Penerimaannya penuh persaudaraan, penyantun, bahkan diselingi humor yang hangat,” kenang Haedar, Ia menggarisbawahi karakter rendah hati yang menjadi ciri khas kepemimpinan Paus selama masa jabatannya.
Pertemuan bersejarah antara pemimpin Muslim dan Katolik tersebut menjadi simbol dialog antaragama yang kini semakin penting di tengah berbagai konflik global.
Haedar menekankan bahwa warisan terbesar Paus Fransiskus adalah komitmennya terhadap motonya “Miserando atque eligendo” (Rendah Hati dan Terpilih) yang tercermin dalam upayanya membangun jembatan dialog antariman.
“Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh inklusif yang memperjuangkan kemanusiaan dan perdamaian untuk semua,” ujar Haedar.
“Beliau bukan hanya menyampaikan ajaran Katolik, tetapi juga nilai-nilai universal yang menjadi rujukan kehidupan kemanusiaan dari berbagai suku, golongan, agama, dan bangsa,” imbuhnya.
Di tengah duka atas kepergian Paus Fransiskus, Haedar menyerukan kepada pemimpin dunia untuk meneladani semangat dialog dalam menyelesaikan konflik global, termasuk di Palestina.
“Dialog antaragama bukan sekadar formalitas, tetapi kebutuhan untuk membangun persaudaraan kemanusiaan universal,” tegasnya.
Belasungkawa dari Muhammadiyah ini menjadi pengingat bahwa warisan Paus Fransiskus telah melampaui batas-batas agama, menginspirasi dialog dan perdamaian di tengah dunia yang semakin terpolarisasi. (*)