
Efisiensi anggaran Presiden Prabowo Subianto berdampak pada pemangkasan anggaran di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hingga mencapai Rp 1,42 Triliun. Namun hal ini tidak membuat para peneliti patah semangat.
Mereka mengembangkan berbagai inovasi dalam riset, termasuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
“Kebijakan pemerintah tentu harus kita ikuti. Namun, komitmen dari Kepala BRIN adalah bahwa anggaran dana riset tidak akan terpengaruh. Anggaran riset di bidang energi tetap sama, hanya anggaran untuk pembelian peralatan yang mengalami pemotongan,” papar Kepala Organisasi Riset untuk Energi dan Manufaktur BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar disela International Conference on Suistanable Energy Engineering and Aplication (ICSEEA) di Yogyakarta, Rabu (19/2/2025).
Para peneliti pun akhirnya harus mencari alternatif pendanaan riset dari pihak eksternal, baik dari dalam maupun luar negeri. Diantaranya melalui kerjasama dengan dunia industri pada saat ini.
Kolaborasi dengan dunia industri pun akan dilakukan sejak awal riset. Sehingga mereka dapat berkontribusi, baik dalam bentuk pendanaan maupun sumber daya lainnya.
“Kami ingin inovasi tidak hanya terjadi dalam teknologi, tetapi juga dalam cara mendapatkan pendanaan dengan eksternal. Pendekatan ini memungkinkan industri untuk berbagi beban biaya riset, karena jika mereka harus mengembangkan sendiri, biayanya jauh lebih mahal, tapi kalau dengan kita sharing bisa lebih murah,” jelasnya.
Jepang dan Korea Selatan menjadi dua negara yang akan berkolaborasi dalam pengembangan riset bersama peneliti BRIN pada tahun ini. Diantaranya pengembangan riset tentang efisiensi energi ditengah sektor produksi dan manufaktur energi berada pada persimpangan kritis.
Pemenuhan permintaan barang dan jasa dunia yang terus meningkat secara berkelanjutan. Namun ada tantangan meminimalkan dampak lingkungan dan menjaga daya saing ekonomi.
“Para pemimpin industri dapat berkumpul untuk membahas peran teknologi pengujian untuk menerapkan efisiensi energi dalam proses manufaktur menuju masa depan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Sementara Mohamad Khoirul Anam, Ketua ICSEEA 2025 mengungkapkan, para peneliti internasional, perwakilan pemerintah, masyarakat industri dan praktisi perlu dihadirkan untuk mengatasi masalah efisiensi energi ditengah efisiensi anggaran yang besar-besaran. Semua pihak bisa bekerjasama dalam pengembangan energi baru dan terbarukan, transportasi berkelanjutan, manufaktur ramah lingkungan, teknologi pengujian canggih, teknologi maritim ramah lingkungan dan lainnya.
“Pertukaran ide dan kolaborasi antara berbagai macam pemangku kepentingan, serta komitmen untuk menangani isu-isu kritis bidang manufaktur bisa saling menginspirasi,” imbuhnya.