GeNose Jangan Dijual Dulu, Kedepan Alat Ini Bisa Deteksi Penyakit Lain

0
154
GeNose (zukhronnee muhammad)

Seiring menurunnya kasus Covid-19 dan dimudahkannya syarat pelaku perjalanan, GeNose C19 sudah tidak digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Bagi instansi maupun pribadi yang telah memiliki GeNose, dihimbau jangan tergesa-gesa menjual alat yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada tersebut.

Saat ini tim GeNose C19 UGM terus mengembangkan agar GeNose tidak mubazir, alat ini bisa dialihfungsikan untuk mendeteksi penyakit lainnya.

“Kami mencoba memfungsialisasi fungsi genose ini untuk dijadikan alat diagnostik yang lain, daripada dijual di marketplace tinggal update software, maka bisa digunakan untuk deteksi yang lain,” ujar Kuwat Triyana inventor GeNose C19 di UGM, Senin (22/8/2022).

Kuwat menambahkan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan software GeNose C19 agar bisa mendeteksi virus lain bersama Kemendikbudristek dan BRIN. Sebut saja untuk mendeteksi virus kanker servis, nasofaring, tubercolosis, bakteri luka diabetes dan lain sebagainya.

Banyak fungsi GeNose kedepan yang bisa dikembangkan dengan alat deteksi yang sama. Hanya dengan pengembangan “otak” atau software   yang diperbarui sesuai dengan penggunaannya untuk mendeteksi jenis virus.

“Harapannya nanti alat-alat yang sudah tersebar di masyarakat sampai ribuan ini bisa kita tawarkan untuk donasi, diserahkan ke puskesmas atau layanan kesehatan untuk mencover ke seluruh negeri,” ungkapnya.

Namun untuk dijadikan alat deteksi virus penyakit lain, lanjut Kuwat masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Saat ini UGM baru memiliki data-data diagnotis awal yang masih perlu divalidasi.

“Validasi baru kita kerjakan, kita akan mendapatkan publikasi yang terpercaya,” ungkapnya.

Kuwat melanjutkan, untuk deteksi penyakit lain, UGM tidak akan mengembangkan mesin GeNose C19 secara massal. Namun bila kedepan kebutuhan semakin besar, dimungkinkan pembuatan mesin secara massal bisa dilakukan.

Kuwat mengakui wajar pembeli GeNose akhirnya menjual mesin GeNose yang tidak terpakai. Sebab mereka tidak mengetahui manfaat selain untuk mendeteksi Covid-19.

Sementara Rektor UGM, Ova Emilia mengungkapkan, GeNose yang ada di masyarakat jangan dijual dulu. Karena UGM tengah mengembangkan alat tersebut untuk lebih fungsional.

“Kan sayang [kalau dijual],” ujarnya.

Untuk deteksi kanker serviks, lanjut Ova, penggunaan GeNose bisa sangat bermanfaat. Apalagi selama ini banyak perempuan kesulitan untuk mendeteksi kanker serviks karena harus menggunakan sampel getah di dalam alat kelamin.

Banyak perempuan yang tidak merasa nyaman dengan model pemeriksaan tersebut. Hal ini yang akhirnya membuat deteksi kanker serviks saat ini belum bisa optimal.

“Ini kita mencari cara menggunakan air seni untuk lebih mudah dan cepat dan murah[untuk dideteksi dengan genose]. Kita harapkan ini merupakan terobosan sehingga skrining kanker leher rahim itu dapat dilakukan di layanan primer, tidak perlu di pemeriksaan lebih tinggi, hanya pada kasus yang perlu rujukan, konfirmasi. Akan sangat bermanfaat,” tutupnya.

Kontributor: Zukhronnee Muhammad