STIMARYO Persiapkan Perwira Muda Hadapi Revolusi Maritim di Era Perubahan Iklim

0
12
Seremoni wisuda akademik yang dimeriahkan Bon Voyage dan kesenian dari para mahasiswa Stimaryo. (zukhronnee muhammad)

Di tengah ancaman krisis iklim global dan revolusi teknologi yang mengubah wajah industri maritim, Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta (STIMARYO) menggelar acara Bon Voyage Perwira Muda Pelayaran pada Sabtu (28/09/2024). Acara yang berlangsung di kampus STIMARYO ini menandai titik balik penting bagi 131 perwira muda yang kini siap berlayar di lautan tantangan abad ke-21.

“Kita berada di ambang revolusi maritim,” ujar Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D., Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, yang bertindak sebagai inspektur upacara. “Perubahan iklim bukan lagi ancaman di horizon, tapi realitas yang harus kita hadapi setiap hari di lautan.”

Pernyataan Prof. Setyabudi menyoroti urgensi yang dihadapi industri pelayaran global. Dengan naiknya permukaan air laut dan meningkatnya frekuensi badai ekstrem, perwira pelayaran masa kini dituntut tidak hanya mahir dalam navigasi tradisional, tetapi juga dalam ‘navigasi iklim’.

Di antara seratus 31 perwira muda yang dikukuhkan, terdapat diversitas keahlian yang mencerminkan kompleksitas tantangan maritim kontemporer, yaitu 30 empat perwira muda dalam bidang Transportasi, 44 perwira muda dalam Manajemen Transportasi Laut, 27 perwira muda dalam Permesinan Kapal, dan dua puluh enam perwira muda dalam Studi Nautika.

“Setiap bidang keahlian ini akan memainkan peran krusial dalam membentuk masa depan industri maritim yang berkelanjutan,” tambah Prof. Setyabudi.

Dr. Wegig Pratama, M.Pd, Ketua STIMARYO, dalam sambutannya menekankan pergeseran paradigma dalam pendidikan maritim. Pernyataan ini menjadi fondasi tema acara: SDM Kemaritiman yang Unggul dan Adaptif terhadap Kebutuhan Dunia Kerja.

“Kami tidak lagi hanya mencetak pelaut, tapi pemimpin maritim masa depan,” tegasnya. 

Langkah strategis STIMARYO dalam menghadapi tantangan ini terlihat dari dua inisiatif utama, yaitu implementasi kurikulum Kampus Merdeka yang diselaraskan dengan kebutuhan industri dan pengembangan karakter lulusan yang adaptif terhadap perubahan global.

“Soft skills seperti komunikasi lintas budaya, kepemimpinan dalam krisis, dan pemecahan masalah kreatif kini sama pentingnya dengan kemampuan teknis,” jelas Dr. Wegig.

Salah satu inovasi kurikulum yang diperkenalkan adalah ‘Simulasi Krisis Iklim Maritim’, di mana mahasiswa dihadapkan pada skenario perubahan iklim ekstrem dan harus membuat keputusan kritis dalam waktu terbatas.

Menariknya, STIMARYO juga telah menjalin kerjasama dengan startup teknologi maritim lokal untuk mengintegrasikan pembelajaran AI dan big data dalam kurikulum pelayaran tradisional. “Kita perlu pelaut yang tidak hanya bisa membaca kompas, tapi juga algoritma,” tambah Dr. Wegig.

Bon Voyage tahun ini juga menandai dimulainya program ‘Green Sailor Initiative’, sebuah gerakan yang mendorong perwira muda untuk menjadi duta lingkungan di laut. Program ini mencakup pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah di kapal, efisiensi bahan bakar, dan perlindungan ekosistem laut.

“Laut adalah rumah kedua kita. Menjaganya bukan lagi pilihan, tapi kewajiban,” ucap Anita Samudera, salah satu perwira muda yang baru dikukuhkan, mewakili rekan-rekannya.

Acara Bon Voyage yang didahului dengan wisuda akademik pada Kamis (27/09/2024) ini bukan hanya seremoni, tapi juga pertanda bahwa industri maritim Indonesia siap mengambil peran lebih besar dalam mengatasi tantangan global.

Dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran lingkungan yang diberikan STIMARYO, 131 perwira muda ini kini berlayar tidak hanya membawa harapan keluarga dan almamater, tapi juga tanggung jawab besar terhadap masa depan lautan dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here