Ketua Kadin Sebut Asia Tenggara Tak Lepas dari Resiko Krisis Pangan

0
124
Arsjad Rasjid Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) (istimewa)

Sektor agrikultur Asia Tenggara diketahui sedang berkembang pesat. Meskipun demikian hal tersebut tidak berarti Asia Tenggara lepas dari ancaman krisis pangan. Indonesia pun dikhawatirkan belum mencapai ketahanan pangan.

“Kita belum lepas dari risiko krisis pangan. 20 persen populasi Asia Tenggara mengalami kerentanan pangan, dengan hasil panen di bawah rata-rata global,” kata Arsjad Rasjid, Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) saat berbicara dalam Forum Global Future Fellows (GFF): Food Security Selasa (23/5/2023) di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.

Ketahanan pangan itu artinya apa? Semua orang punya akses atas makanan yang berkualitas dan berkelanjutan di tengah situasi atau bahkan bencana apapun,” ujar Arsjad yang juga merupakan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)  ini.

Penyebabnya, menurut Arsjad, adalah keterbatasan akses petani ke benih dan pupuk berkualitas, kurangnya infrastruktur dan teknologi yang kurang baik, terbatasnya akses ke pembiayaan dan pasar petani, serta kurangnya pengetahuan serta keahlian petani. 

Selain itu, ada faktor eksternal berupa krisis iklim dan geopolitik. Oleh karena itu, Arsjad menuturkan bahwa ketahanan pangan tetap menjadi prioritas negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia yang kini menduduki posisi sebagai pimpinan ASEAN. 

“Pada ASEAN Summit kemarin, Indonesia dan negara ASEAN lainnya menekankan komitmen kita pada isu ini serta penguatan pangan sebagai prioritas utama bersama,” jelas Arsjad.

Global Future Fellows (GFF) adalah program fellowship jangka pendek inisiasi Pijar Foundation yang diikuti oleh pemimpin strategis dari sektor publik, swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan masa depan bersama yang berkelanjutan. 

Kali ini, mengusung tema “Mencapai Keamanan Pangan di Tengah Ketegangan Global” 36 profesional dari sektor publik, privat, dan komunitas masyarakat yang berasal dari 24 kabupaten/kota se-Indonesia berkumpul pada 21 Mei hingga 25 Mei 2023 di Hotel Royal Ambarrukmo.

Semangat GFF dan pesan dari Arsjad Rasjid sejalan dengan yang disampaikan Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation, Cazadira F. Tamzil. Menurutnya, kita harus mendorong transformasi teknologi yang mendorong double effect pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani.

“Ada penurunan minat angkatan muda di sektor pertanian, antara lain karena stigma mengenai ketidaksejahteraan petani. Kerjasama antara regulator, bisnis, dan komunitas di bidang transformasi teknologi pangan adalah game changer. GFF: Food Security hadirkan sinergi antar sektor untuk selamatkan sistem ketahanan pangan kita bersama,” tutupnya.