Inovasi Kabupaten Bantul Melawan Stunting, Dari Telur Harian hingga Pemberdayaan Ibu

0
72
Kepala DP3APPKD Bantul saat berkunjung di Dusun Padukuhan Soekarame Bantul. (istimewa)

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menunjukkan terobosan signifikan dalam penanggulangan stunting melalui pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor masyarakat. 

Program ini tidak hanya berfokus pada aspek gizi, tetapi juga mengintegrasikan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, menjadikannya model potensial bagi daerah lain di Indonesia.

Ninik Istitarini, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Bantul, dalam keterangan tertulis menjelaskan strategi komprehensif yang diterapkan. 

“Di Kabupaten Bantul, kita memiliki kebijakan penanggulangan stunting secara terpadu, menyeluruh, dan terintegrasi. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi melibatkan lembaga swasta dan masyarakat,” ujarnya, Kamis (15/8).

Salah satu inisiatif unggulan adalah program pemberian makanan tambahan di Dusun Padukuhan Soekarame. 

“Kami memberikan dua butir telur setiap hari untuk balita usia 0-18 bulan. Program ini tidak hanya menjawab kebutuhan gizi anak, tetap-i juga menjadi model intervensi yang efektif dan mudah direplikasi,” ujarnya.

Pendekatan Bantul dalam menanggulangi stunting tidak berhenti pada aspek gizi semata. Kabupaten ini mengadopsi strategi holistik yang menggabungkan tiga pilar utama: penanggulangan stunting, pemberdayaan perempuan, dan pemenuhan hak anak.

Emi Masruroh, Ketua Penggerak PKK Kabupaten Bantul, menekankan peran krusial perempuan dalam upaya ini. 

“Pemberdayaan perempuan bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang membangun generasi sehat,” ujarnya. 

Emi menambahkan bahwa perempuan Bantul telah membuktikan diri sebagai agen perubahan, tidak hanya dalam pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif, tetapi juga dalam peningkatan kesehatan keluarga.

Program Berlian (Bersama Lindungi Anak) menjadi komponen penting dalam strategi ini. Ninik menjelaskan, Melalui Berlian, kami berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak, termasuk perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.

Integrasi ketiga aspek ini – penanggulangan stunting, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak – menciptakan sinergi yang kuat. 

“Ibu yang berdaya ekonomi dan pengetahuan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan mencegah stunting,” tegas Ninik.

Kampanye “Cegah stunting, Ibu penting” menjadi slogan yang merefleksikan filosofi ini. Kabupaten Bantul tidak hanya fokus pada intervensi gizi langsung, tetapi juga memperkuat kapasitas ibu sebagai garda terdepan dalam penanggulangan stunting.

Pendekatan inovatif Bantul telah menarik perhatian nasional. Sumber dari Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa model Bantul sedang dipelajari untuk kemungkinan diterapkan di daerah lain yang masih bergulat dengan masalah stunting.

Keberhasilan Kabupaten Bantul dalam mengintegrasikan penanggulangan stunting ke dalam strategi pembangunan daerah yang lebih luas menunjukkan bahwa masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi dengan pendekatan yang holistik dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Dengan konsistensi dalam menjalankan program ini, Kabupaten Bantul optimis dapat menurunkan angka stunting secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. 

Prestasi ini semakin mengukuhkan posisi Bantul sebagai salah satu kabupaten paling progresif di Indonesia dalam menangani isu kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.