Tanpa Bantul, Kota Jogja dan Sleman Terancam Tenggelam oleh Sampah

0
35
Fasilitas pengelolaan sampah organik di Kapanewon Kasihan, Bantul, Yogyakarta. (zukhronnee muhammad)

Tanpa peran aktif Kabupaten Bantul dalam pengelolaan sampah, Kota Jogja dan Sleman terancam tenggelam oleh limbah. Hal ini diungkapkan oleh Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat peresmian fasilitas pengelolaan sampah organik, Eco Village menuju DIY yang bersih.

Abdul Halim Muslih menjelaskan bahwa Bantul memiliki peran krusial dalam menjaga kebersihan lingkungan DIY. “Tanpa Bantul, Kota Jogja dan Sleman itu sudah tenggelam oleh sampah sejak dari dulu,” ujarnya dengan tegas pada Sabtu (4/5/2024).

Pernyataan ini bukan isapan jempol. Bantul selama ini menjadi “penyangga” bagi dua wilayah tetangganya dalam hal pengelolaan sampah. TPST Piyungan, yang terletak di Bantul, menampung sampah dari Sleman dan Kota Yogyakarta selama bertahun-tahun. 

TPST Piyungan dimulai sejak 1990-an, ketika DIY mulai menghadapi masalah serius terkait pengelolaan sampah. Sebagai solusi kala itu, TPST Piyungan didirikan untuk menjadi tempat pembuangan sampah terpadu skala provinsi.

Dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, jumlah sampah yang dihasilkan terus meningkat, sementara infrastruktur pengelolaan sampah yang ada tidak mampu menampungnya. 

Namun, TPST Piyungan kini telah ditutup permanen. Hal ini membawa konsekuensi besar bagi Kota Jogja dan Sleman yang harus mandiri dalam mengelola sampah mereka.

Masa transisi ini penuh dengan tantangan. Operasi tangkap tangan oleh Satpol PP Bantul menunjukkan bahwa masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, terutama di wilayah ring road. 

“Ironisnya, 95% dari pelanggar tersebut bukan warga Bantul, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di luar Bantul tentang pengelolaan sampah masih tertinggal,” kata dia.

Pihaknya membuka diri untuk menyambut siapapun yang peduli dan turut terlibat secara langsung dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih baik, lebih beradab, dan lebih modern di Kabupaten Bantul. 

“Oleh karena itu, mari kita sambut kolaborasi ini agar menjadi kampung yang bersih dan asri, seperti juga halnya membangun Kabupaten Bantul,” ujarnya.

Kunci dari permasalahan sampah ini adalah budaya. Sarana-prasarana pengelolaan sampah memang penting, namun jika budaya membuang sampah sembarangan masih terus terjadi, tempat-tempat pengelolaan sampah tidak akan memiliki arti. 

“Oleh karena itu, kami terus berupaya membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik,” tutupnya.

Kontributor: Zukhronnee Muhammad

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here