Taman Budaya Yogyakarta kembali menghadirkan program eksperimentasi seni musik, kali ini menampilkan komposer etnis muda Jaeko Siena melalui pertunjukan bertajuk “Samirana.”
Mengambil makna “angin” dalam bahasa Jawa, Samirana mengeksplorasi elemen suara dengan sentuhan nostalgia, menghidupkan kembali kenangan masa kecil melalui komposisi yang inovatif dan penuh makna.
Dalam karyanya, Jaeko Siena terinspirasi oleh bunyi-bunyi ikonik dari masa kecil, seperti suara gerobak kue putu, layang-layang, dan dentingan kaleng yang mengiringi tarian jathilan.
Ia meramu bunyi-bunyi tersebut menjadi komposisi musik yang unik dan imajinatif. Samirana mengajak penonton pada perjalanan menuju alam imajinasi, menciptakan suasana harmonis di mana berbagai bunyi saling berinteraksi dan berpadu secara kreatif.
Menurut Purwiati, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, program ini menjadi bagian dari upaya Taman Budaya untuk terus mendukung seniman muda dalam bereksperimen dan menciptakan karya-karya inovatif.
“Kami di Taman Budaya selalu berkomitmen untuk memberikan ruang bagi seniman muda seperti Jaeko Siena, agar mereka bisa mengeksplorasi berbagai bentuk seni dan memperkenalkan konsep-konsep kreatif yang segar kepada publik,” ujar Purwiati dalam konferensi pers pada Senin (23/9/2024).
Eksplorasi Bunyi Non-Konvensional
Jaeko menghadirkan instrumen non-konvensional dalam Samirana, seperti mangkuk stainless berbagai ukuran yang menghasilkan nada unik serta sendaren dari layang-layang.
Dia menjelaskan bahwa dengan memadukan ansambel suling dan teknik inovatif, pertunjukan ini berhasil menciptakan ruang auditif yang kaya, di mana berbagai elemen suara berbaur untuk merepresentasikan keseimbangan dalam kehidupan.
“Samirana” bukan sekadar karya musik, tetapi juga sebuah upaya untuk menghidupkan kembali memori masa kecil yang mungkin akrab bagi banyak orang,” ujarnya.
“Melalui suara angin, saya ingin menciptakan ruang di mana penonton bisa menjelajahi imajinasi dan menemukan makna dalam bunyi-bunyi yang biasanya dianggap sederhana,” lanjutnya.
Kolaborasi Seni Multidisiplin
Tak hanya menawarkan eksplorasi bunyi, Samirana juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai disiplin seni, termasuk tarian, tekstil kontemporer, dan penggunaan media visual. Kolaborasi ini memperkaya pengalaman visual dan auditif penonton, menciptakan atmosfer kreatif yang mendalam dan mengesankan.
Purwiati juga menambahkan bahwa kolaborasi lintas disiplin ini merupakan bagian dari misi Taman Budaya untuk mendorong seniman muda agar lebih terbuka dalam berkarya.
“Kami berharap program-program seperti ini bisa menjadi laboratorium bagi seniman untuk mengeksplorasi kreativitas mereka lebih jauh dan menghasilkan karya-karya yang out of the box,” jelas Purwiati.
Jaeko Siena sendiri merupakan anggota Kultura Collectiva, kelompok seni yang aktif mengembangkan budaya tradisional melalui workshop dan pertunjukan di berbagai negara.
Selain itu, ia juga terlibat dalam proyek musik monumental bersama Alffy Rev dan menjadi additional player suling serta talempong di beberapa festival bersama Dewa Budjana.
Pertunjukan Gratis untuk Publik
Pertunjukan Samirana akan berlangsung di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta pada 26 September 2024, mulai pukul 19.00 WIB. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum, menjadi kesempatan emas bagi masyarakat untuk menikmati karya seni eksperimental yang memadukan musik, tarian, dan seni visual dalam satu panggung.
Dengan eksplorasi bunyi yang inovatif serta kolaborasi lintas seni yang kaya, Samirana diprediksi akan memberikan pengalaman yang unik dan mendalam bagi para penonton.