Rumah Sakit Asri Medical Center (AMC) Muhammadiyah memulai babak baru dalam pelayanan kesehatan dengan meluncurkan Gedung B pada Sabtu (28/12/2024). Pembangunan gedung senilai Rp16,08 miliar ini menandai transformasi signifikan dari rumah sakit tipe D menuju tipe C, dengan target penyelesaian pada 6 Mei 2025.
“Gedung B menjadi kunci peningkatan status RS AMC Muhammadiyah,” ungkap Prof. Dr. Sukamta, Direktur PT Asri Mandiri Berkemajuan (AMB), dalam sambutannya saat soft launching pada Sabtu (28/12/2024).
Gedung berluas 2.726 meter persegi ini dirancang dengan inovasi hemat biaya, dengan nilai konstruksi hanya Rp5,8 juta per meter persegi.
Hingga kini, proyek telah menyerap anggaran sebesar Rp10,1 miliar atau 62,8% dari total anggaran. Sisa dana Rp5,98 miliar akan digunakan untuk penyelesaian tahap akhir, termasuk pengadaan peralatan medis senilai Rp7,3 juta per meter persegi.
“Strategi pembangunan bertahap memungkinkan kami mengoptimalkan layanan sambil terus membangun,” jelas Sukamta.
Lantai satu yang sudah beroperasi menjadi bukti nyata komitmen RS AMC dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Gedung setinggi 20 meter ini membawa perubahan besar dalam kapasitas pelayanan. Lantai satu, yang telah diresmikan dalam soft launching, kini telah beroperasi dengan layanan fisioterapi, akupunktur, ozon, dan stem cell. Ruang Intensive Bed Department (IBD) juga diperluas dengan penambahan enam tempat tidur.
“Ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi peningkatan komprehensif pelayanan kesehatan,” tegas Dr. Agung Danarto, Kepala Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Lantai dua dan tiga akan menampung 30 tempat tidur tambahan, termasuk ruang isolasi, yang akan meningkatkan total kapasitas rumah sakit menjadi 100 tempat tidur.
Inovasi layanan kesehatan berlanjut di lantai empat dengan dua ruang operasi baru dan fasilitas farmasi steril. Sementara lantai lima akan menjadi pusat hemodialisis dengan delapan tempat tidur, dilengkapi aula pelatihan bidang kesehatan dan fasilitas kolaborasi.
Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, menekankan pentingnya proyek ini bagi pengembangan profesionalitas pelayanan kesehatan.
“Kita berusaha mengembalikan kultur dari tipe D ke tipe C. Ini menjadi kesempatan bagi peningkatan profesionalitas dalam pengelolaan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Yang menarik, proyek ini juga menjadi wadah pengembangan sumber daya manusia lokal. Tim swakelola terdiri dari 20 alumni Universitas Muhammadiyah dan 12 alumni Fakultas Teknik. Enam mahasiswa aktif juga mendapat kesempatan magang dan kerja praktik.
Gedung B tidak hanya akan menjadi pusat layanan kesehatan, tetapi juga pusat pendidikan kedokteran di bawah naungan UMY.
“RS AMC akan menjadi tempat di mana mahasiswa kedokteran UMY dapat belajar dengan fasilitas terbaik dan menerapkan ilmunya untuk kepentingan masyarakat luas,” tambahnya.
Dengan pembangunan ini, RS AMC Muhammadiyah memposisikan diri sebagai institusi kesehatan modern yang mengedepankan efisiensi dan keberlanjutan.
Kombinasi antara pelayanan kesehatan berkualitas, pendidikan kedokteran, dan pengembangan sumber daya manusia lokal menjadikan proyek ini model pengembangan rumah sakit yang komprehensif.