Paska penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan berpengaruh pada ditutupnya beberapa depo Sampah di Kota Jogja.
Masyarakat yang malas lebih memilih menumpuk sampah tersebut dipinggir-pinggir jalan, beberapa warga bahkan memilih membuang sampahnya di Sungai yang membelah Kota Jogja.
Perilaku buruk ini masih saja dilakukan, padahal Pemkot Jogja tak kurang-kurang menghimbau untuk mengelola sampah secara mandiri atau bersama bank sampah yang tersebar di Kemantren-kemantren hingga setingkat RW di Kota Jogja.
Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja Singgih Raharjo mengatakan setiap harinya Kota Jogja menghasilkan sampah hingga 210 ton.
“Sekarang hariannya mencapai 210 ton per hari. Ini sudah menurun dari tahun 2022 dari 300 ton per hari menjadi 210 ton,” jelas Singgih saat jumpa pers di Balai Kota Jogja, Selasa (25/7/2023).
Untuk menyiasati tutupnya TPA Piyungan sejak tanggal 23 Juli hingga 5 September 2023, pihaknya menyiapkan empat titik pembuangan sampah sementara yang tersebar di beberapa titik di Kota Jogja.
Dari keempat titik tersebut, Singgih hanya bersedia menyebut satu titik yakni TPST 3R Nitikan, Umbulharjo. Keempatnya akan digenjot agar dapat mengakomodir 210 ton sampah per hari tersebut.
“Ada beberapa lokasi yang sudah kita siapkan. Jadi ada tiga lokasi yang kita siapkan dan empat termasuk di Nitikan, empat lokasi ini kita siapkan untuk menangani sampah sementara mulai hari ini sampai dengan 40 hari kedepan,” kata dia.
Singgih juga mengatakan beberapa depo yang kemarin sempat tutup mulai pagi tadi telah dibuka kembali. Namun, depo-depo tersebut hanya menerima sampah rumah tangga yang telah dipilah-pilah.
“Depo Utaralaya, depo Dukuh, Sarilaya, depo Ngasem, depo Pengok, dan TPS Tamansari ini per 25 Juli kita buka untuk sampah mandiri. Masyarakat yang bisa membuang di situ bukan penggerobak atau transporter,” tutupnya.
Kontributor: Zukhronee Muhammad