Pameran “Emerging Echoes”, Visual Dua Seniman dalam Dialog Spiritual dan Sosial

0
38
Agustan dan Firma Summa diantara karya-karya yang dipamerkan di ARTSPACE ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta. (zukhronnee muhammad)

Sebuah kolaborasi eksklusif antara dua seniman kontemporer, Agustan dan Firma Summa, menghadirkan pameran seni rupa bertajuk Emerging Echoes di ARTSPACE, ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta. Pameran yang resmi dibuka pada Jumat, 30 Mei 2025, ini akan berlangsung hingga 30 Agustus 2025, menyuguhkan visual yang menyentuh sisi personal, sosial, dan spiritual manusia masa kini.

Mengusung tema Emerging Echoes, pameran ini menjadi ruang pertemuan dua aliran artistik yang merefleksikan pengalaman batin dan interaksi manusia dengan lingkungan.

Kedua seniman datang dari latar yang berbeda: Agustan—seniman asal Bugis Makassar yang kini menetap di Jakarta, dan Firma Summa—perupa muda dari Gunungkidul yang juga seorang pendidik.

Yusnie Azhari, selaku Director of Sales Marketing ARTOTEL Group menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran karya dua seniman yang memperkaya dinamika seni rupa di ruang ARTSPACE.

“Kami sengaja menghadirkan seniman dan media untuk menjadikan ruang ini bukan hanya tempat display, tapi juga ruang dialog dan apresiasi,” ujarnya Jumat (30/5/2025).

Boneka Sarung dan Gema Kota

Agustan, yang dikenal lewat pendekatan artistik berbasis budaya Bugis, membawa boneka sarung sebagai simbol utama dalam karya-karyanya. Bukan sekadar objek visual, boneka sarung menjadi refleksi tentang identitas, nostalgia, dan perenungan eksistensial.

“Sarung sangat lekat dalam keseharian masyarakat Sulawesi. Ketika saya meninggalkan kampung untuk kuliah di Jogja, sarung tetap saya bawa. Ia bukan hanya pakaian, tapi memori dan kenyamanan,” ujar Agustan.

Menariknya, boneka sarung dalam karyanya tidak berpihak pada gender atau usia, menandai inklusivitas dalam ekspresi.

Lebih dari sekadar representasi budaya, boneka-boneka itu juga menyiratkan kritik sosial.

“Saya hidup di Jakarta dan melihat banyak orang seperti boneka—bergerak mekanis, kehilangan jiwa. Itu yang ingin saya sampaikan,” tambahnya.

Garis Hitam, Cerita Sosial

Sementara itu, Firma Summa mengusung karya-karya drawing yang sarat dengan garis-garis hitam khasnya—warisan visual dari keterlibatannya dalam komunitas mural dan komik sejak 2010. Bagi Firma, garis adalah medium untuk mengeksplorasi peran manusia dalam kehidupan sosial yang terus berubah.

“Saya selalu penasaran dengan peran manusia—bagi dirinya dan orang lain. Sebagai guru di Gunungkidul, setiap tahun saya bertemu ratusan siswa dengan latar belakang berbeda, dan itu sangat memengaruhi cara saya berkarya,” jelas Firma.

Isu sosial, dinamika relasi, hingga pencarian makna hidup menjadi benang merah dalam karya-karya Firma. Meski tampil berbeda secara visual, karya-karyanya berbicara dalam bahasa yang saling mengisi dengan karya Agustan—menyuarakan echoes dari dalam diri maupun lingkungan luar.

Ruang Alternatif untuk Seni yang Relevan

ARTSPACE di ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta kembali mempertegas perannya sebagai ruang alternatif seni rupa kontemporer. Selama tiga bulan penuh, publik bisa menikmati karya dua seniman yang tak hanya menawarkan estetika, tetapi juga menghadirkan perenungan mendalam tentang manusia dan keberadaannya.

Dengan tema Emerging Echoes, pameran ini bukan hanya peristiwa visual, tapi juga ajakan untuk mendengar gema-gema kecil yang mungkin kerap luput dari kesadaran—dari boneka sarung, garis hitam, hingga pertanyaan eksistensial tentang siapa kita di tengah dunia yang bergerak cepat.(*)