Kevikepan Yogyakarta Barat sukses menggelar puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dan Festival Kebangsaan di Lapangan Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul, pada 28-29 Oktober 2023. Acara ini diikuti oleh sedikitnya 150 peserta, termasuk perwakilan dari 16 paroki dari total 20 paroki yang ada di Kevikepan Yogyakarta Barat.
Acara ini adalah Gebyar Potensi UMKM yang menampilkan produk-produk unggulan dari para peserta UMKM. Produk-produk ini mencakup berbagai bidang, mulai dari pangan hingga kerajinan dan kebudayaan yang sudah dikenal masyarakat dan diekspor, seperti kerajinan bambu dari Stasi Pojok, Paroki Klepu.
Salah satu peserta UMKM yang mencuri perhatian adalah Dwi Lestari, pemilik gerai batik Batik Nastiti Agung. Meskipun penjualannya belum bisa disebut laris, Dwi tetap optimis bahwa produknya diminati pasar.
Bukan tanpa alasan, Dwi membuat sendiri pola-pola batik miliknya dan menyertakan filosofi serta cerita. Beberapa produknya pernah diminati pejabat, salah satunya Bupati Sleman, Kustini.
Acara ini juga menjadi ajang bagi para pemimpin daerah untuk menyampaikan apresiasi dan dukungan mereka terhadap UMKM lokal. Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, dalam sambutannya memberikan apresiasi atas kegiatan yang dilakukan oleh Kevikepan Yogyakarta Barat sebagai bentuk kepedulian terhadap isu pangan dan kebangsaan.
Vikaris Episkopalis Yogyakarta Barat, Romo AR Yudono Suwondo Pr, mengungkapkan rasa bahagianya melihat partisipasi para peserta UMKM dalam acara tersebut. Ia mengatakan bahwa puncak peringatan HPS dan Festival Kebangsaan ini merupakan upaya untuk menumbuhkan semangat kebangsaan, semangat cinta kepada negara.
“Kita harus bangga menjadi bagian dari Indonesia. Kita harus berkontribusi untuk kemajuan bangsa ini dengan cara mengembangkan potensi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan terutama dalam bidang ekonomi. Kita juga harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan,” tutur Romo Yudono.
Romo AR Yudono menekankan bahwa ada dua aspek penting yang perlu dikembangkan untuk memperkuat semangat kebangsaan, yaitu isu pangan dan perdamaian.
“Pangan adalah salah satu hal yang sangat penting untuk kesejahteraan bangsa. Tanpa kesejahteraan, kita akan menjadi bangsa yang bengis,” kata Romo Yudono.
Dia menjelaskan, keterkaitan antara pangan dan kedamaian sangatlah erat. Ketika suatu bangsa tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya, maka hal tersebut dapat menyebabkan konflik dan perpecahan.
“Paus Fransiskus juga sangat menekankan pentingnya pangan dan kedamaian. Dalam situasi krisis, Paus selalu mengajak umat Katolik untuk berpikir tentang orang-orang yang lapar dan membutuhkan bantuan,” kata Romo Yudono.
Di Indonesia, masalah pangan juga menjadi salah satu isu yang penting untuk diperhatikan. Romo Yudono mengatakan, penggunaan pangan instan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, kita perlu kembali pada pangan lokal yang lebih sehat dan bergizi.
Dia juga mengatakan bahwa Gereja Katolik di Indonesia memiliki komitmen untuk mendukung pangan lokal. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Gereja, seperti Tani Lestari Ganjuran yang mengembangkan pertanian organik.
“Negara kita ini kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pangan lokal yang berkualitas,” tandasnya.