Tragedi Kanjuruhan Damaikan Suporter DIY-Jateng di Mandala Krida, Semua demi Sepakbola Indonesia

0
260
Lautan cahaya dari nyala lilin dan flashlight handphone para suporter saat menyanyikan lagu Indonesia Pusaka di Stadion Mandala Krida (zukhronnee muhammad)

Puluhan ribu suporter klub sepak bola DI Yogyakarta dan Jawa Tengah berkumpul dan memanjatkan doa bersama pada Selasa (4/10/2022) malam di Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Aksi damai, doa bersama dan shalat ghaib ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.

Para suporter ini datang dengan membawa atribut masing-masing, dengan satu tujuan yaitu kemanusiaan. Atribut PSIM, PSS Sleman hingga Persis Solo berbaur di lapangan parkir Barat Stadion Mandala Krida, tidak ada kasta dan rivalitas, semua berempati terhadap tragedi yang terjadi. 

Dirigen Pasoepati Agus Warsoep mengatakan, saatnya suporter bersatu dan hal semacam ini bisa menjadi contoh di kota lain. Setelah semua suporter bersatu, langkah selanjutnya adalah mengawal dan mengusut tuntas tragedi di Stadion Kanjuruhan. 

“Jangan ada lagi rivalitas berlebihan di stadion. Psywar itu wajar tapi harus sesuai batasan karena kita seduluran. Mataram is love,” ucapnya.

Ketua The Maident, Budi Santoso dan Presiden Brajamusti, Muslich Burhanudin, menyambut para suporter dengan haru. Keduanya bersepakat bahwa momen hari ini menjadi hal penting untuk menghentikan rivalitas sepak bola hingga ke anak cucu.

“Terimakasih malam hari ini, di momen yang masih berselimut duka, kami mengajak rekan semua mendoakan saudara kita di Malang. Insyaallah mereka mendapat tempat mulia di sisi-Nya. Kita suporter yang hadir malam ini akan menghentikan kebencian yang ada di hati kita,” kata Muslich yang biasa disapa Thole ini.

“Kita hanya akan mewariskan sukacita pada anak cucu kita. Insyaallah dengan ikhlas atas kejadian telah lalu tidak akan lagi terjadi khususnya di DIY dan sekitarnya. Kita bersatu dan sepakat,” tegasnya.

Ditengah aksi doa bersama ini hadir pula salah seorang Aremania penyintas Tragedi Kanjuruhan yaitu Alfan. 

“Kami sangat terpukul, berduka apa yang terjadi di malang. Saya di sini salah satu korban dari puluhan ribu di Kanjuruhan, saya bersyukur bisa kembali ke sini untuk menempuh pendidikan,” kenang Alfan tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya.

“Saya berterimakasih, kumpul di sini untuk berdoa. Kami mencari keadilan buat saudara kita di Malang, tidak ada sepak bola seharga nyawa. Sepak bola itu hiburan, bukan pembantaian,” sambungnya.

Sejatinya, berkumpulnya suporter di Stadion Mandala Krida malam itu adalah salah satu upaya menyatukan suporter Indonesia untuk sama-sama mengawal proses mencari keadilan bagi seluruh korban Tragedi Kanjuruhan.

Ketua Umum Asprov PSSI DIY, Syauqi Soeratno mengatakan momen ini bisa menjadi titik balik untuk memperbaiki sepak bola Indonesia.

“Semoga ini menjadi titik balik persepakbolaan Indonesia lebih baik. Tidak mudah, tapi saya yakin tidak ada kepentingan lain selain mengaitkan hati kita untuk sepak bola. Mari kita lebih serius membangun sepak bola indonesia, malam ini insyaallah lebih baik,” kata dia.

Lautan lilin dan flashlight handphone pun serentak menyala saat lagu Indonesia Pusaka dilantunkan. Sontak lautan cahaya dan beberapa nyala flare menerangi Stadion Mandala Krida.

Kontributor: Zukhronnee Muhammad