Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyebutkan kemungkinan kerjasama strategis dengan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) untuk melanjutkan pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran yang sempat terhenti.
Langkah ini diharapkan mempercepat realisasi program pengelolaan sampah inovatif yang menawarkan harga Rp450.000 per ton untuk sampah terpilah.
“Kita punya kerja sama dengan Departemen Keuangan untuk pembiayaan lewat PII (Penjaminan Infrastruktur Indonesia-red). Ini bisa membantu meringankan beban kabupaten kota dalam investasi,” ungkap Sultan pada Rabu (24/7/2024).
ITF Bawuran rencananya menjadi kunci dalam strategi pengelolaan sampah di DIY, berperan sebagai pusat pengolahan sampah menjadi bahan baku industri.
“Nanti pengembangannya di sana (Bawuran), di tempat pengolahannya. Jadi kalau sekarang dipilah di kelurahan, nggak ada masalah. Nanti dibawa ke sana harganya Rp450.000 per ton,” jelasnya.
Dukungan PII diharapkan mempercepat penyelesaian ITF Bawuran, yang akan mengolah sampah menjadi berbagai produk bernilai tinggi. “Bukan hanya sekedar dihancurkan, tapi di sini, di Jogja, bisa menjadi bahan baku industri,” tambah Sultan, menggambarkan potensi ekonomi dari fasilitas ini.
Program ini tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga melibatkan masyarakat dan pemulung dalam rantai nilai baru. “Saya berharap, warga masyarakat yang sekarang mau mengelola sampah, jangan meninggalkan pemulung, karena pemulung juga butuh makan,” tegas Sultan, menekankan aspek inklusif dari inisiatif ini.
Dengan ITF Bawuran, Yogyakarta berambisi mengubah paradigma pengelolaan sampah. Sampah yang biasanya dianggap beban kini diproyeksikan menjadi sumber daya bernilai ekonomis.
“Jadi sampah itu bukan buangan, tapi punya nilai komersial karena akan menjadi bahan baku yang produknya itu harganya lebih mahal,” tandas Ngarsa Dalem.
Kontributor: Zukhronnee Muhammad