Jogja Masih Memiliki Banyak Cerita Positif selain Kekerasan Jalanan

0
135
Bukit Pengilon salah satu destinasi wisata di Gunungkidul, DIY (jogjainfo)

Kekerasan jalanan yang terjadi belakangan ini cukup mencoreng nama Yogyakarta sebagai kota pariwisata yang berhati nyaman. Padahal Yogyakarta menduduki peringkat pertama indeks rasio pergerakan wisatawan domestik sejak hantaman Covid-19 lalu.

“Kekerasan jalanan yang terjadi akhir-akhir ini tentu ini akan mempengaruhi citra khususnya untuk pariwisata, pendidikan dan citra Jogja secara keseluruhan,” kata Singgih Raharjo, Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakarta, Minggu (12/2/2023).

“Padahal pada 2022 kita (DIY) menempati rangking pertama untuk indeks rasio pergerakan wisata domestik,” terangnya.

Hal ini tidak lepas dari peran penyelenggara event di Jogja, banyak komunitas yang secara berdaya membuat event unik dan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Di balik ramainya berita kekerasan jalanan belakangan ini, Singgih optimis masih banyak cerita positif tentang Yogyakarta.

“Berita negatif tentu tidak akan kita konter (lawan-red), tapi akan kita berikan berita-berita positif terhadap Jogja. Saya yakin masih banyak berita positif yang ada di Jogja dibanding dengan berita negatif,” imbuhnya.

“Jadi apa yang selama ini kita bangun bersama-sama dengan pelaku pariwisata lalu terjadi kejadian itu (klithih), [yang telah dibangun] seakan-akan hilang. Tetapi sebetulnya kita terus akan struggle dalam membangun pariwisata di DIY,” kata dia.

Singgih menjabarkan bahwa kondisi pariwisata di Yogyakarta pada 2022 sudah melebihi kondisi sebelum Covid-19 yaitu pada 2019.

Dia mengharap hukuman setimpal bisa ditimpakan kepada pelaku yang telah ditangkap oleh pihak berwajib. Karena jika tidak ada efek jera, maka kejahatan berulang dimungkinkan akan terjadi.

“Namun menjaga Yogyakarta, Saya kira tidak hanya kita bebankan kepada rekan-rekan di kepolisian atau petugas keamanan melainkan seluruh lapisan masyarakat,” imbuh Singgih.

“Kita harus peduli, kepedulian itu bisa ditunjukkan misal dengan cara memberikan informasi kalau ada gejala-gejala yang mencurigakan. Kita bisa menelpon atau kemudian memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berwenang,”

“Saya kira ini merupakan kepedulian kita terhadap situasi yang ada di Jogja. Jangan sampai kita diam aja, baru bereaksi di media sosial kalau sudah terjadi, rasanya kok kurang elok. Karena penting mengambil langkah preventif sebelum kejadian,” tutupnya.

Kontributor: Zukhronee Muhammad