“Jogja Incognita” Pameran Seni yang Mengungkap Wajah Tersembunyi Kota Gudeg

0
66
Nano Warsono saat live mural pada pameran Jogja Incognita di Vherkudara's Spirit, Sleman Yogyakarta. (zukhronnee muhammad)

Sebuah gerai kacamata di Sleman menjadi saksi bisu perjalanan 25 tahun seorang seniman dalam memahami kerumitan dan keunikan Yogyakarta. Nano Warsono, seniman yang berasal dari Jepara, memamerkan karya-karyanya di Vherkudara Spirit dalam pameran bertajuk “Jogja Incognita” yang dibuka pada Selasa (3/9/2024).

Pameran yang berlangsung selama 3 bulan hingga Desember 2024 ini menampilkan karya-karya hitam putih Nano yang menggambarkan perjalanan sederhananya mengenal Yogyakarta sejak pertama kali menginjakkan kaki.

Dengan sub-tema “Jogja Incognita”, Nano mengadopsi istilah “Terra Incognita” – tanah yang tidak diketahui dalam peta kuno – untuk menggambarkan Yogyakarta yang masih misterius baginya, bahkan setelah seperempat abad menetap di sana.

“Saya sudah tinggal di sini mungkin hampir 25 tahun, tapi saya masih juga ditanya aslinya dari mana,” ujar Nano, mengungkapkan dilema identitas yang dihadapi banyak pendatang di Yogyakarta.

Pameran ini tidak hanya menarik karena kontennya, tetapi juga karena lokasinya yang tidak konvensional. Berkolaborasi dengan Vherkudara, sebuah gerai kacamata yang menaruh perhatian kepada seni, Nano mencoba memecah batas antara seni tinggi dan kehidupan sehari-hari. 

Dia menekankan pentingnya membawa seni keluar dari ruang-ruang eksklusif seperti galeri, untuk menyentuh penikmat seni yang berbeda.

Selama lima malam, Nano mengerjakan mural di Vherkudara Spirit, menambahkan dimensi performatif pada pameran ini. Proses kreatif ini menjadi metafora untuk perjuangannya memahami Yogyakarta – sebuah proses yang berlangsung lama dan sering kali harus dilakukan di tengah kesibukan kota.

Melalui karyanya, Nano mengajak pengunjung untuk melihat Yogyakarta dari sudut pandang yang berbeda. Ia menggambarkan kota ini sebagai entitas yang padat, bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga dalam lapisan-lapisan budaya, sejarah, dan dinamika sosialnya. 

“Jogja padat dalam banyak hal. Karena padat itu harus ada pengaturan lalu lintas,” analoginya.

Pameran ini juga menyoroti perubahan drastis yang dialami Yogyakarta selama 25 tahun terakhir. Dari dominasi angkringan ke maraknya coffee shop, Nano melihat Yogyakarta sebagai arena pertarungan antara industrialisasi dan pertahanan budaya. 

“Tegangan itu yang selalu ada dan yang membuat Jogja hidup,” ujarnya.

Menariknya, pameran ini juga membuka diskusi tentang peran dana keistimewaan dalam perkembangan seni di Yogyakarta. Meski tidak secara eksplisit menyatakan dukungan, Nano mengakui bahwa status istimewa Yogyakarta memberikan kemudahan bagi seniman yang tidak dimiliki daerah lain.

Kurator seni ternama, Suwarno Wisetrotomo, yang membuka pameran ini, menekankan pentingnya perspektif ‘orang luar’ dalam memahami Yogyakarta. 

“Pameran ini memberikan kita kesempatan untuk melihat kota kita melalui mata yang baru,” ujarnya.

“Jogja Incognita” bukan sekadar pameran seni. Ini adalah sebuah perjalanan visual melalui lapisan-lapisan kompleks sebuah kota yang terus berevolusi namun tetap mempertahankan misterinya. 

Melalui goresan hitam putih Nano Warsono, pengunjung diajak untuk merefleksikan identitas kota, perubahan sosial, dan makna ‘rumah’ di tengah arus globalisasi yang tak terbendung.

Pameran ini menjadi bukti bahwa seni memiliki kekuatan untuk membuka dialog tentang isu-isu urban kontemporer, sambil tetap menghormati warisan budaya. 

Bisnis and Product Development Vherkudara Eyewear, Antino Restu menambahkan, selain kerap berkolaborasi dengan musisi dan seniman, Vherkudara juga pernah berkolaborasi dengan Custom Works Zon milik Yuichi Yoshizawa, builder motor kustom asal Jepang.

“Mereka ini nilainya lebih besar dampaknya daripada influencer. Kami lebih mempertimbangkan bagaimana orang itu mendedikasikan waktunya untuk berkarya, berpikir, menggagas dalam hidupnya,” kata Antino.

Selain penjualan, Vherkudara juga kerap menggelar pameran di tokonya yang didesain layaknya galeri seni bernama Vherkudara’s Spirit beralamat di Jalan Agro No 44A Sleman.

Di toko yang tidak seperti kebanyakan toko optik ini, Antino menyisakan ruang untuk berpameran dengan seniman-seniman muda yang memiliki identitas seperti halnya jenama Vherkudara. 

Tahun lalu, Vherkudara Eyewear juga mengeluarkan produk kacamata khusus berseri Pherennial sebagai bentuk penghargaan untuk grup band rock legendaris God Bless.