Erupsi Merapi Sebabkan Hawa Panas? Begini Kata Pakar Hidrometeorologi

0
222
Awan panas guguran Gunung Merapi dengan jarak luncur 1500 meter ke arah Barat Daya Kali Bebeng pada Senin (13/3/2023) pukul 11:26 WIB (dok. BPPTKG)

Erupsi Gunung Merapi yang masih terus terjadi sebabkan hujan abu di beberapa daerah, namun tidak di Yogyakarta. Sejak Minggu siang, abu vulkanik Merapi menyelimuti daerah sekitar Magelang hingga Wonosobo. Arah luncuran awan panas ke Barat Daya serta hembusan angin membuat Jogja terbebas dari abu vulkanik.

Merujuk data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) hingga Senin (13/3/2023) siang telah terjadi 60 kali awan panas guguran Gunung Merapi. Jauhnya pun beragam, Kali Woro sejauh 3 km terhitung dari puncak, Kali Boyong sejauh 5 km, Kali Gendol sejauh 5 km dan Kali Bedog Krasak Bebeng sejauh 7 km.

Aktivitas ini pun dikaitkan hawa panas yang dirasakan oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Melalui media sosial mereka menyimpulkan hawa gerah yang dirasakan karena aktivitas Gunung Merapi saat ini.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY mengatakan panas menyengat beberapa hari ini tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Merapi. Hal tersebut disampaikan Romadi, Kepala Kelompok Foreskater BMKG YIA.

“Cuaca terik dipengaruhi oleh kelembaban perlapisan 700 milibar sampai dengan 500 milibar. Ini sangat kering hingga mencapai 30 persen, sehingga sinar Matahari langsung menembus permukaan Bumi. Sampai di permukaan Bumi, sinar Matahari kembali dipantulkan kembali ke atmosfer,” ucapnya saat dikonfirmasi, Senin (13/3/2023).

Pakar iklim dari Fakultas Geografi UGM, Emilia Nurjani pun mengungkapkan hal serupa. Menurutnya suhu udara di Yogyakarta bahkan tidak terpengaruh erupsi yang terjadi.

“Aerosol dari [erupsi] merapi kemarin menyebabkan pembentukan awan cumulus lebih cepat dan masif. Awan konvektif lokal pun dapat lebih tinggi dan tebal dan menghasilkan debu, tapi karena angin menuju ke arah barat, jadi jogja aman saja,” ungkapnya.

Menurut Emilia, guguran awan panas memang muncul hingga 7 km. Namun karena tinggi Gunung Merapi mencapai 2.900 mdpl, awan panas terbawa angin kencang dan berubah menjadi debu vulkanik tidak meningkatkan suhu secara signifikan.

Meski demikian erupsi tersebut sempat meningkatkan suhu di tingkat lokal kawasan Gunung Merapi. Kenaikan suhu terjadi tak lebih dari satu hingga dua jam sehingga tidak banyak mempengaruhi suhu udara di Yogyakarta dan sekitarnya.

“Kenaikan suhu di Yogyakarta lebih banyak dikarenakan fenomena urban heat island. Radiasi matahari yang tinggi dan berkurangnya ruang terbuka hijau serta emisi kendaraan bermotor akhirnya membuat suhu udara di Yogyakarta meningkat.

“Kenaikan suhu bukan karena erupsi merapi karena ada fenomena umum di daerah perkotaan urban heat island,” tutupnya.

Kontributor: Zukhronee Muhammad