Tren Kejadian Bencana di DIY Selalu Meningkat, Kulon Progo Tertinggi

0
246
Biwara Yuswantana, Kepala BPBD DIY (zukhronnee muhammad)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY merilis data kejadian bencana di DIY selama 2022. Informasi tersebut berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan BPBD DIY per 23 Januari 2023.

“Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD DIY, setiap tahunnya tren kejadian bencana di wilayah DIY selalu meningkat,” kata Biwara Yuswantana, Kepala BPBD DIY, Selasa (7/2/2023).

Tahun 2020 sebanyak 1.058 kejadian, tahun 2021 sebanyak 958 kejadian dan tahun 2022 sebanyak 1.817 kejadian kebencanaan. Data itu tidak termasuk laporan kejadian lainnya di antaranya laka sungai, bunuh diri serta kejadian lain yang dilaporkan ke Pusdalops BPBD DIY.

“Kejadian tanah longsor terbanyak terjadi di Kulon Progo. Tren peningkatan tanah longsor ini perlu menjadi perhatian kita semua, terutama yang berada di kawasan rawan bencana tersebut,” ujarnya.

Berdasarkan data BPBD DIY, bencana tanah longsor di daerah ini tercatat 147 kali kejadian selama 2018, kemudian meningkat menjadi 506 kejadian pada 2019, 475 kejadian pada 2020, 351 kejadian pada 2021, dan melonjak 707 kejadian pada 2022.

Sehingga secara akumulatif, dalam kurun 2018-2022, bencana longsor telah terjadi sebanyak 2.186 kali di DIY dengan jumlah kejadian terbanyak di Kabupaten Kulon Progo yang mencapai 1.068, diikuti Bantul 488, Gunungkidul 389, Sleman 149, dan Kota Yogyakarta 116 kejadian.

Secara umum, menurut Biwara, bencana longsor di DIY disebabkan dua pemicu utama, yakni kondisi tanah yang rawan longsor dan curah hujan. Pihaknya masih akan melakukan kajian mendalam terhadap bencana longsor di daerah ini yang mengalami tren peningkatan.

Biwara melanjutkan, lokasi yang pernah mengalami longsor kondisi tanahnya biasanya semakin rentan atau lapuk, sehingga daya ikatnya tidak seperti sebelumnya.

“Makanya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan longsor, kalau ada hujan lebat dalam waktu yang lama kami sarankan untuk menyelamatkan diri atau berpindah dulu ke lokasi yang lebih aman,” tegasnya.

Untuk mengurangi risiko longsor, menurut Biwara, BPBD DIY lebih banyak mengandalkan edukasi bagi masyarakat agar mampu melakukan mitigasi secara mandiri dengan mengenali tanda-tanda sebelum kejadian.

Pasalnya, ia mengakui jika hanya bergantung pada alat sistem peringatan dini atau “early warning system (EWS)” di kawasan rawan longsor jumlahnya terbatas. Di Kulon Progo hanya terdapat tiga unit EWS online dan 39 EWS manual yang masing-masing hanya mampu menjangkau radius 100 meter di kawasan itu.

Kontributor: Zukhronnee Muhammad