Pemkot Jogja Luncurkan Gerakan “Organikkan Jogja” Warga Wajib Olah Sampah Organik Secara Mandiri

0
128
Sugeng Purwanto Pj Walikota Jogja. (zukhronnee muhammad)

Pemkot Jogja mengambil langkah berani dalam mengatasi permasalahan sampah dengan meluncurkan program “Gerakan Organikkan Jogja”. Program ini mewajibkan 23.750 keluarga untuk mengolah sampah organik mereka secara mandiri, dimulai akhir tahun 2024.

“Program ini akan dilaksanakan “by name by address” melalui Dana Keistimewaan (Danais). Gerakan Organikkan Jogja memiliki target 23.750 Kartu Keluarga, by name by address melalui Danais,” kata Sugeng Purwanto, Pj Walikota Jogja pada Jumat (12/7/2024).

Program ini bertujuan untuk mengolah sampah organik menjadi bahan yang ramah lingkungan untuk pertanian organik dan kegiatan lainnya. “Contohnya, bahan organik seperti sisa nasi dan sayuran akan digunakan sebagai pakan magot, sehingga diharapkan tidak ada yang terbuang,” jelas Sugeng.

Meskipun sampah organik lebih ramah lingkungan dibandingkan sampah anorganik, faktanya sampah ini paling berat karena bersifat basah dan dapat menimbulkan bau, terutama saat musim penghujan.

 “Harapannya, dengan pengelolaan yang baik, sampah organik tidak akan menimbulkan bau dan beban sampah akan berkurang,” tambahnya.

Riyanto, Ketua Tim Kerja Operasional DLH Kota Yogyakarta, menjelaskan tahapan program ini. “Saat ini program tersebut sudah berada di tahap sosialisasi dan direncanakan akan berjalan akhir tahun 2024,” ujarnya. 

Riyanto juga menekankan dukungan pemerintah, Bahwa kewajiban mengolah sampah organik ini juga akan dibarengi dengan pemberian fasilitas biopori kepada warga.

“Akhir 2024 program sudah mulai diimplementasikan. Jika program ini sudah berjalan, Alhamdulillah. Saat ini kami sudah melakukan sosialisasi,” tambah Riyanto.

Dengan adanya “Gerakan Organikkan Jogja,” diharapkan dapat meminimalisir sampah organik yang masuk ke depo dan unit pengelolaan sampah (UPS). Sampah organik akan dipilah menjadi organik basah dan organik kering. 

“Sampah organik basah akan ditawarkan kepada peternak, sedangkan sampah organik kering akan dikerjakan bersama teman-teman dari Bank Sampah Induk (BSI) untuk budidaya magot,” tandasnya.

Kontributor: Zukhronnee Muhammad