Erick Thohir jadi Ketum PSSI, Pembenahan Ekosistem Sepakbola Jogja Mendesak

0
162
Para pelajar dari sejumlah SBB bertanding dalam Rurosia Cup di Yogyakarta. (zukhronnee muhammad)

Erick Thohir yang baru saja dilantik sebagai Ketua Umum PSSI pusat diharapkan membawa angin segar pada persepakbolaan Indonesia. Ekosistem sepakbola daerah, termasuk di DIY pun perlu segera berbenah dalam menciptakan sinergi pembinaan atlit sejak dini.

“Kalau [pssi] di pusat saja sudah mulai melakukan perbaikan, ekosistem kita yang di daerah harus mengikuti, kalau tidak nanti ketinggalan karena tidak siap,” ungkap Heru Prasetyo, Direktur Pengembangan dan Bisnis Tunas Muda Sleman (TMS) disela Rurosia Cup di Yogyakarta, Minggu (26/02/2023).

Menurut Heru, perubahan lebih baik di PSSI pusat harus diiringi langkah nyata di bawah untuk menciptakan sinergi baik pembinaan sepakbola. DIY perlu berkontribusi dalam menyuplai pemain ke timnas Indonesia.

Dicontohkannya, di Sleman ada sekitar 28 SBB yang mendidik ribuan pesepakbola. Melalui kolaborasi berbagai ekosistem, maka pembinaan bibit-bibit unggul atlit untuk masuk ke timnas bisa dilakukan secara optimal.

“Kami saat ini sedang merencanakan liga akademi, memang cukup banyak saat ini di Jogja tapi justru bukan saingan namun membangun ekosistem yang baik untuk sepakbola jogja,” paparnya.

Sementara salah seorang pelatih sepakbola dari TMS, Nur Hidayat mengungkapkan kendala yang sering dihadapi dalam regenerasi pemain sepakbola lebih pada minimnya bank pemain yang berkualitas. Meski ada banyak SSB, penjaringan pemain seringkali menyulitkan.

“Sarana seperti lapangan yang memadai juga jadi kesulitan untuk pembinaan sepakbola,” jelasnya.

Karenanya melalui perbaikan ekosistem seperti manajemen, tata kelola dan pasar yang lebih luas, diharapkan Nur Hidayat, pembinaan atlit-atlit muda dari DIY bisa dilakukan dengan lebih optimal. Peluang SSB untuk melahirkan pemain-pemain profesional bahkan bukan sekedar mimpi.

“Pembinaan melalui turnamen-turnamen kecil bisa jadi laboratorium untuk mencari kekurangan dan kelebihan kita dalam melahirkan pemain bola profesional,” tandasnya.

Prasetyo Nugroho, Public Relation TMS, menambahkan, dengan adanya kesamaan tujuan banyak pihak, TMS berupaya membina dengan maksimal bibit-bibit sepakbola di wilayah DIY dan sekitarnya. Dengan demikian bisa mengantar mereka ke jenjang profesional.

“TMS dikembangkan dari tingkat desa bertransformasi menjadi lebih besar. Saat ini kami punya basecamp dan tata kelola baru dan terafiliasi dengan asosiasi [sepakbola]. Kami gagas bersama dan ingin memaksimalkan pembinaan menghasilkan pemain muda skillfull juga punya attitude baik. Harapannya ke depan bisa mensuplai pemain-pemain di liga-liga profesional bahkan timnas,” imbuhnya.