Siklon Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudra Hindia Barat Daya Bengkulu sejak Selasa (16/1/2024) memberikan dampak tidak langsung bagi cuaca di Indonesia. Beberapa daerah di selatan Indonesia termasuk DIY dilaporkan terdampak oleh ekor Siklon Anggrek, yang menyebabkan hujan lebat, gelombang tinggi, dan angin kencang.
Menurut Dr. Emilya Nurjani, S.Si., M.Si, dosen sekaligus Ketua Program Studi Sarjana Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM, siklon tropis biasanya berkembang dari kondisi depresi tropis, menjadi badai tropis, dan akhirnya berubah menjadi siklon tropis.
Hujan lebat juga masih berpotensi terjadi di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode 17 – 22 Januari 2024. Hal ini disebabkan oleh adanya pertemuan arus angin dan kelembapan udara yang tinggi di wilayah DIY, yang dipengaruhi oleh Siklon Anggrek.
“Siklon tropis, seperti Anggrek, umumnya terjadi di laut dan di daerah garis ekuator antara 5-30 derajat lintang utara dan selatan. Beberapa daerah di selatan Indonesia dilaporkan terdampak oleh ekor Siklon Anggrek, yang membawa konsekuensi seperti peningkatan intensitas curah hujan, gelombang tinggi, dan peningkatan kecepatan angin,” ujarnya Jumat (19/1/2024).
Berdasarkan keterangan dari BMKG, Siklon Anggrek diperkirakan akan hilang dalam waktu tiga hari ke depan, tepatnya 21-22 Januari 2024.
Namun, sebelum hilang, Siklon Anggrek masih berpotensi menimbulkan gelombang laut tinggi 1.25 hingga 2.5 meter di Samudra Hindia barat Kepulauan Nias, perairan Bengkulu, perairan barat Lampung, serta Selat Sunda bagian selatan.
Selain itu, gelombang tinggi juga berpotensi terjadi di Samudra Hindia Barat Kep. Mentawai hingga Lampung, perairan Kep. Enggano, serta Samudra Hindia Selatan Banten.
BMKG menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir, banjir bandang, serta kerusakan akibat petir dan angin kencang. Masyarakat juga diimbau untuk memotong pohon-pohon yang lapuk dan rawan tumbang maupun patah.
Kontributor: Zukhronee Muhammad