Gerakan Kota Jogja zero sampah anorganik yang sudah berlaku sejak 1 Januari 2023 sepertinya belum berjalan dengan baik. Di depo RRI misal, petugas pengangkut sampah masih harus memilah-milah sampah organik dan anorganik untuk diangkut menggunakan truk.
Hal ini dilakukan petugas karena warga masih abai dengan gerakan tersebut. Mereka masih membuang sampah melalui petugas atau membuang langsung ke depo tanpa melakukan pemilahan.
Pj Walikota Jogja, Sumadi kepada wartawan Senin (2/1/2023) mengatakan bahwa bagaimanapun gerakan zero sampah anorganik di Kota Jogja menjadi harga mati, serta harus diterapkan semua elemen tanpa terkecuali, karena kondisi sudah mendesak.
Sumadi sadar mengubah kebiasaan masyarakat memang tidak semudah membalik telapak tangan. Beberapa hal pun masih perlu dievaluasi.
“Tapi, yang jelas persoalan sampah harus ditangani serius. Ini memang kebijakan yang kurang populis, tapi harus dilakukan. Karena, kalau tidak, persoalan sampah ini akan membelenggu Kota Jogja terus-menerus,” tandasnya.
Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Jogja Very Tri Jatmiko berharap gerakan zero sampah anorganik di Kota Jogja ini bisa menjadi pemicu untuk masyarakat menghidupkan bank sampah yang ada di 45 kelurahan.
Menurut Very, dari 575 bank sampah yang tersebar tersebut ada 200 diantaranya masih belum aktif. Dengan sosialisasi, Dia optimis bank sampah di Kota Jogja nantinya mampu menerima lonjakan nasabah.
Sementara Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengakui sudah beberapa kali kita bersurat ke Kabupaten/Kota. Mereka sudah harus memilah sampah. Aji menilai pemilahan sampah sebelum dibuang akan sangat efektif mengurangi beban TPST Piyungan.
“Piyungan ini kan usianya sudah habis. Lalu kita berikan tambahan yang transisi. Yang transisi sudah jalan, itu hanya bertahan sekitar 6 bulan. Kalau gak ada pemilahan di rumah-rumah ya [nanti] jadi persoalan lagi,” kata dia.
Kontributor: Zukhronnee Muhammad