Dhaup Ageng atau pernikahan agung Pura Pakualaman antara BPH Kusumo Kuntonugroho, dengan Laily Annisa Kusumastuti berlangsung selama lima hari. Perhelatan ini dihadiri oleh tamu-tamu istimewa, mulai dari raja-raja Nusantara, pejabat negara, hingga calon presiden dan wakil presiden.
Salah satu hal yang menarik dari Dhaup Ageng kali ini adalah sajian kuliner yang disuguhkan kepada para tamu. Menurut Ketua Bidang Adat dan Akomodasi, KRT Radyowisroyo, menu makanan yang disajikan berasal dari naskah-naskah kuno milik Pura Pakualaman, yang sudah ada sejak zaman Paku Alam VIII.
“Kami ingin melestarikan kuliner tradisional yang sudah jarang ditemui di masyarakat. Ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu yang datang,” ujarnya pada Rabu (10/1/2024).
Beberapa contoh kuliner langka yang disajikan adalah Garulinas, Sop Pindang Serani, Mangut Salmon, Bebek Asap, dan Es Buah Klengkeng. Garulinas adalah makanan pembuka yang terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, yang dibentuk seperti lapis legit. Makanan ini merupakan simbol status sosial di masa lalu.
“Garulinas ini sangat sulit didapat, kami harus memesan langsung ke generasi ketiga dari pembuatnya di tahun 1950-an. Makanan ini tidak dijual sehari-hari dan harus dipesan jauh-jauh hari,” kata Radyowisroyo.
Sop Pindang Serani adalah sop daging yang dibumbui dengan rempah-rempah khas Jawa. Sop ini sudah ada sejak zaman Paku Alam VII, yang dulu menggunakan sayap ayam sebagai bahan utamanya. Mangut Salmon adalah masakan ikan salmon yang dimasak dengan santan dan cabe.
Sementara Bebek Asap adalah bebek yang diasapi dengan kayu manis dan cengkeh, yang memberikan aroma dan rasa khas. Es Buah Klengkeng adalah hidangan penutup yang terdiri dari buah klengkeng, sirup, dan es serut.
“Ada juga makanan yang kami coba memasyarakatkan, yaitu Uter-Uter, yang terbuat dari tahu dengan santan dan telur. Makanan ini biasanya disajikan saat acara-acara adat di Pura Pakualaman,” tambahnya.
Radyowisroyo menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam penyajian kuliner bagi tamu VIP, VVIP, maupun tamu biasa. Semua tamu mendapatkan menu yang sama dan duduk bersama-sama saat menyantap hidangan.
“Kami ingin menunjukkan kesetaraan dan kekeluargaan antara kami dan para tamu. Kami juga ingin berbagi kebahagiaan atas pernikahan putra bungsu kami,” ucapnya.
Selain kuliner, para tamu juga mendapatkan suvenir berupa tas berwarna biru dan buku panduan Dhaup Ageng. Buku ini berisi sejarah Kadipaten Pakualaman, profil pengantin, dan makna lokasi di Puro Pakualaman yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya rangkaian prosesi pernikahan agung.
Kontributor: Zukhronee Muhammad