Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyoroti pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang digulirkan pemerintah pusat.
Sultan menilai sejumlah pejabat dan pelaksana program belum memahami teknis pengelolaan dapur dan penyimpanan bahan makanan dalam skala besar.
“Nah saiki nek sing pejabate ora tau masak, ora tau neng dapur, ora ngerti dapur [tapi] disuruh ngurusi ora ngerti,” ujar Sultan, Kamis (23/10/2025) di Kompleks Kepatihan Yogyakarta.
Menurutnya, program MBG berisiko menimbulkan masalah higienitas jika dapur tidak memiliki fasilitas memadai, terutama untuk penyimpanan bahan pangan seperti daging.
Sultan mencontohkan, daging yang disimpan tanpa freezer dalam jangka waktu tertentu akan berubah warna dan tidak layak konsumsi.
Sultan juga menyebut pembagian porsi masakan dalam satu dapur MBG perlu ditata ulang agar tidak berlebihan. Kapasitas dapur yang semula mencapai 3.000 porsi perlu dikurangi menjadi 2.000 atau bahkan dibagi ke dalam subunit yang lebih kecil, sekitar 50 porsi per dapur.
“Kalau masak sampai 2.000 porsi di satu tempat, yang namanya keracunan pasti terjadi,” ujarnya.
Sultan juga mengingatkan agar waktu memasak dan penyajian tidak terlalu jauh agar makanan tetap segar. “Kalau masak jam dua pagi dan dimakan jam sepuluh, sayurnya pasti layu,” katanya.
Selain soal teknis dapur, Sultan menekankan pentingnya konsolidasi rantai pasok pangan. Ia berharap bahan pangan untuk program MBG dibeli langsung dari petani desa melalui Lumbung Mataram dan Koperasi Merah Putih, bukan dari pasar besar seperti Beringharjo.
“Dengan begitu, masyarakat desa bisa menikmati uang tunai dari program ini,” ujar Sultan.
Menurutnya, langkah ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga harga bahan pangan agar tetap stabil di tingkat lokal. (*)














