Agro Electrifying Tingkatkan Panen Bawang Merah DIY

0
125
Para petani memperlihatkan bawang merah hasil teknologi Agro Electrifying di Yogyakarta, Kamis (24/08/2023).

Komoditas bawang merah di Bantul berhasil semakin meningkat berkat teknologi agro electrifying. Teknologi diterapkan dalam penanaman bawang merah bahkan meningkatkan hasil panen bawang merah di DIY, dua kali lipat dari nasional.

“Jika rata-rata panen bawang merah nasional hanya 10 ton per hektar. Maka panen di diy mampu mencapai 18-20 ton per hektar. Ini menandakan pemda diy berhasil mengoptimalkan produktifitas lahan-lahan pesisir selatan,” papar Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto dalam panen perdana bawang merah agro electrifying di Yogyakarta, Kamis (24/8/2023).

Menurut Prihasto, penerapan agro electrifying mengoptimalkan situasi kondisi topografi kawasan selatan yang terkenal subur saat penanaman bibit bawang merah. Petani pun beralih dari alat-alat dan mesin pertanian (alsintan) berbahan bakar fosil yang mahal dan merusak lingkungan ke alsintan yang berbasis listrik.

Teknologi ini membuat sektor pertanian menjadi lebih maju dan modern. Produktivitas pun meningkat tiga kali lipat dan efisiensi.

“Biaya operasional bisa mencapai 70 persen,” ujarnya.

Prihasto menambahan, Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini mencadangkan sebanyak 5.570 ton bawang merah. Stok tersebut disalurkan ke daerah-daerah yang defisit guna mencegah inflasi. 

“Cadangan ini akan ditingkatkan hingga menebus 8.750 ton tahun depan,” ujarnya.

Sementara Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengungkapkan meski panen bawang merah melimpah di DIY, petani diminta tidak hanya menanam komoditi tersebut. Petani di Bantul misalnya, cukup menanam bawang merah di lahan seluas 2.000 hingga 2.500 hektar dengan memanfaatkan teknologi Agro Electrifying.

“Kalau semua [menanam bawang merah], nanti harganya fluktuatif, panen tidak bareng antar gapoktan bisa bersaing sendiri. Harganya malah jadi rusak, jangan seperti itu, harus dijaga,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto menambahkan, panen perdana bawang merah Agro Electrifying dilaksanakan di lahan petani yang tergabung di Gapoktan Paris Makmur. Tak hanya mengurangi polusi, pengurangan penggunaan BBM di masa produksi meningkatkan pendapatan petani.

“Ada sebanyak 200 hektar lahan pertanian yang digunakan untuk menanam bawang merah berkonsep agro electrifying,” paparnya.

Sugeng menambahkan, dengan harga jual bawang merah Rp 13-14 ribu per kg dalam sekali masa panen, maka petani bisa meraup keuntungan hingga Rp80-100 juta. Karenanya petani diharapkan mempertahankan lahan mereka untuk pertanian.

“Keberhasilan panen ini seperti menggambarkan kegiatan bertani adalah kegiatan ekonomi yang menguntungkan. Karenanya kami meminta para petani mempertahankan lahan sawah untuk ketahanan pangan,” ungkapnya.

Ketua Gapoktan Paris Makmur, Bambang Junaidi menambahkan, konsep agro electrifying sudah masuk hingga sepanjang 821 meter. Sekitar 600 meter untuk persawahan dan sisanya di lahan pasir.

“Agro electrifying membantu kami menghemat biaya produksi. Sebelumnya kami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak karena pembatasan pembelian dengan jirigen,” imbuhnya.

Kontributor: Zukhronee Muhammad